-->

Kementan Genjot Hilirisasi dan Produktivitas Tebu, Langkah Nyata Menuju Swasembada Gula Nasional


Kementan Genjot Hilirisasi dan Produktivitas Tebu, Langkah Nyata Menuju Swasembada Gula Nasional

Petanimilenial - Sragen — Kementerian Pertanian (Kementan) kembali tancap gas dalam upaya mewujudkan swasembada gula nasional. Melalui Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementan meluncurkan program Tanam Perdana Bongkar Ratoon Tebu di Desa Mlale, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Selasa (4/11/2025). Langkah ini disebut sebagai strategi kunci untuk memperkuat hilirisasi sekaligus meningkatkan produktivitas tebu nasional.

Kenapa ini penting? Karena kebutuhan gula dalam negeri terus meningkat sementara produksi nasional masih tertinggal. Melalui program ini, Kementan ingin memastikan Indonesia tidak lagi bergantung pada impor gula dalam beberapa tahun ke depan.

Langkah Strategis Kementan Perkuat Ekosistem Gula Nasional

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Perkebunan, Abdul Roni Angkat, menjelaskan bahwa bongkar ratoon menjadi strategi utama dalam peningkatan produktivitas. Tahun 2025, Ditjen Perkebunan menargetkan pengembangan kawasan tebu seluas 100.453 hektare yang mencakup bongkar ratoon dan perluasan lahan baru.

“Langkah ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani tebu,” kata Roni di sela acara tanam perdana.

Ia juga menyebutkan program ini akan berlanjut pada tahun 2026 dengan target luas pengembangan mencapai 99.547 hektare. Artinya, pengembangan ini bukan proyek satu tahun, tapi berkelanjutan hingga Indonesia mandiri gula.

Jawa Tengah Jadi Pusat Pengembangan Tebu Nasional

Dari total alokasi tersebut, Provinsi Jawa Tengah mendapat porsi cukup besar yakni 12.076 hektare. Sebagian besar digunakan untuk bongkar ratoon (11.336 ha) dan sisanya 740 ha untuk perluasan lahan baru di 19 kabupaten.

Khusus Kabupaten Sragen, alokasi mencapai 2.547 hektare bongkar ratoon dan 41 hektare perluasan. Program ini melibatkan petani rakyat yang sebelumnya mengelola lahan tebu dengan metode tradisional.

“Kuncinya adalah pendataan petani dan lahan secara cepat. Pemerintah pusat, daerah, BUMN, dan petani harus bersinergi,” tambah Roni. Ia menekankan pentingnya percepatan data Calon Petani dan Calon Lahan (CPCL) agar program bisa berjalan efektif di lapangan.

Gunakan Varietas Unggul, Produktivitas Bisa Tembus 94 Ton per Hektare

Pada kegiatan di Sragen, penanaman dilakukan di lahan 1,5 hektare dengan menggunakan varietas unggul Bulu Lawang (BL). Varietas ini diketahui mampu menghasilkan hingga 94,3 ton tebu per hektare dengan rendemen gula mencapai 7,51 persen.

Selain meningkatkan produktivitas, program bongkar ratoon juga mendorong perluasan lapangan kerja dan memperkuat ekonomi perdesaan. Tidak sedikit warga Sragen yang ikut membantu dalam proses tanam perdana ini. “Seru, baru kali ini kami lihat program sebesar ini langsung di desa kami,” kata Arif, salah satu warga setempat.

Kolaborasi Pemerintah dan BUMN, KUR Tebu Kini Mencapai Rp500 Juta

Direktur Utama PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), Mahmudi, mengapresiasi langkah pemerintah melalui Kementan dalam memperkuat ekosistem industri gula nasional. Menurutnya, dukungan kebijakan saat ini telah membuka peluang besar bagi petani.

“Berkat kerja keras Bapak Presiden dan Bapak Menteri Pertanian serta keluarnya Permenko Nomor 12 Tahun 2025, kini petani tebu bisa mengakses Kredit Usaha Rakyat (KUR) hingga Rp500 juta per tahun secara berkelanjutan. Ini sejarah baru bagi ekosistem tebu nasional,” ujarnya.

Mahmudi juga menilai, langkah Kementan ini menjadi momentum penting untuk memperkuat hilirisasi industri gula dalam negeri. Lalu, apa efeknya bagi petani kecil? Tentu lebih banyak yang bisa beralih ke sistem modern dan produktif tanpa terbebani modal besar.

Data Menunjukkan Produksi Tebu Rakyat Masih Rendah

Indonesia saat ini memiliki 796.621 petani tebu yang mengelola total lahan panen seluas 520.823 hektare. Dari jumlah tersebut, sekitar 83,5% tebu di Jawa berasal dari petani rakyat. Sayangnya, sebagian besar masih berupa tanaman ratoon tua dengan produktivitas rendah.

Kajian Kementan menunjukkan, bongkar ratoon mampu menaikkan produksi hingga 15,5 ton per hektare dan meningkatkan rendemen dari 7,29% menjadi 7,65%. Namun, implementasinya baru mencakup 8,27% dari total lahan, jauh dari target ideal 20%.

Jika target ini tercapai, bukan tak mungkin Indonesia bisa menghemat miliaran rupiah dari impor gula setiap tahunnya.

Baca juga : Ekspor Indonesia Naik 8,14% di 2025: Pertanian dan Industri Pengolahan Jadi Penopang Utama

Mentan Amran: Dulu Penyuplai Gula Nomor Dua Dunia, Kini Harus Bangkit

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa pemerintah akan terus melakukan terobosan nyata di sektor perkebunan, terutama tebu. Ia menyebut ada empat langkah utama yang sedang dijalankan Kementan untuk mendorong swasembada gula:

Program Tujuan
Alokasi Dana Rp1,5 Triliun Menstabilkan harga gula petani
KUR Non-Akumulatif Memberikan akses kredit tanpa agunan
Program Bongkar Ratoon Nasional Meningkatkan produktivitas lahan tebu
Revitalisasi Pabrik Gula BUMN Meningkatkan efisiensi produksi

“Dulu kita penyuplai gula nomor dua dunia. Kini saatnya bangkit lagi,” ujar Mentan Amran dengan tegas.

Netizen pun ramai mengomentari langkah ini di media sosial. Banyak yang berharap program ini benar-benar berkelanjutan dan bukan sekadar seremoni. “Kalau bisa tebus harga gula di pasar biar turun juga,” tulis akun @PetaniManis di X (Twitter).

Menuju Swasembada Gula Nasional 2026

Kementan menargetkan swasembada gula bisa tercapai dalam dua tahun ke depan. Jika seluruh program berjalan sesuai rencana — mulai dari bongkar ratoon, pendanaan KUR, hingga revitalisasi pabrik gula — Indonesia bisa kembali menjadi produsen gula tangguh seperti era 1980-an.

“Kami optimis. Semua pihak sudah solid, dan petani tebu siap menyongsong masa kejayaan baru,” tutup Abdul Roni.

Lalu, apakah Indonesia benar-benar bisa lepas dari impor gula pada 2026? Waktu yang akan menjawab. Tapi langkah nyata Kementan hari ini memberi sinyal kuat bahwa kemandirian gula nasional bukan sekadar mimpi.


🏷️ Tag : swasembada gula, Kementerian Pertanian, bongkar ratoon tebu, produktivitas tebu, perkebunan nasional

LihatTutupKomentar