BPS Catat Nilai Ekspor Capai USD 209,80 Miliar, Didominasi Sektor Nonmigas
Petanimilenial - Jakarta, 3 November 2025 — Kinerja ekspor Indonesia terus menunjukkan tren positif sepanjang Januari hingga September 2025. Berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), total nilai ekspor nasional mencapai USD 209,80 miliar, atau naik 8,14% dibandingkan periode yang sama tahun 2024.
Kenaikan ekspor ini menjadi sinyal kuat bahwa sektor nonmigas, terutama pertanian dan industri pengolahan berbasis hasil bumi, kini menjadi tulang punggung utama dalam menjaga ketahanan ekonomi nasional di tengah fluktuasi pasar global.
“Sepanjang Januari hingga September 2025, total nilai ekspor mencapai USD 209,80 miliar atau naik 8,14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Nilai ekspor migas tercatat turun 14,09%, sedangkan ekspor nonmigas naik 9,57% menjadi USD 199,77 miliar,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, di Jakarta, (3/10/2025).
Ekspor Nonmigas Melonjak 9,57%, Sektor Industri dan Pertanian Jadi Motor Utama
Penurunan ekspor migas yang mencapai 14,09% tidak menghalangi pertumbuhan ekspor nasional, sebab ekspor nonmigas justru mencatat lonjakan 9,57%, dengan nilai mencapai USD 199,77 miliar.
Sektor industri pengolahan dan pertanian menjadi kontributor terbesar dalam peningkatan tersebut. Keduanya berhasil menahan dampak perlambatan global dan memperkuat neraca perdagangan Indonesia.
“Peningkatan nilai ekspor nonmigas utamanya terjadi pada sektor industri pengolahan yang naik sebesar 20,25% dengan andil sebesar 15,13%,” ungkap Pudji. “Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya ekspor komoditas seperti perhiasan dan logam mulia, kimia dasar organik hasil pertanian, minyak kelapa sawit, serta komponen elektronik.”
Pertanian Indonesia Kian Kompetitif di Pasar Global
Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mencatat kontribusi ekspor sebesar USD 0,63 miliar pada September 2025, naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ini memperlihatkan daya saing produk hasil bumi Indonesia di pasar global, terutama komoditas unggulan seperti kelapa sawit dan turunannya, lemak dan minyak nabati, kakao, kopi, serta pala.
Secara kumulatif, nilai ekspor CPO dan turunannya naik hingga 32,40%, menjadikannya salah satu pendorong utama pertumbuhan ekspor nasional di tahun 2025.
Selain berperan langsung dalam ekspor, hasil pertanian juga berfungsi sebagai bahan baku industri pengolahan yang tengah tumbuh pesat. Sektor ini memberikan efek berganda terhadap penciptaan lapangan kerja dan peningkatan nilai tambah komoditas dalam negeri.
Ekspor September 2025 Tumbuh 11,41%, Komoditas Sawit dan Logam Melesat
Kinerja ekspor juga terlihat solid pada bulan September 2025, di mana nilai ekspor nasional mencapai USD 24,68 miliar, naik 11,41% dibandingkan September 2024.
Baca juga : Produksi Jagung Nasional 2025 Diperkirakan Naik 9,34%, Capai 16,55 Juta Ton
Peningkatan ini didorong oleh lonjakan ekspor nonmigas sebesar 12,79%, dengan komoditas unggulan seperti:
-
Lemak dan minyak nabati (naik 18%)
-
Logam mulia dan perhiasan (melonjak 168,57%)
-
Produk turunan pertanian dan kimia dasar organik
Kenaikan ini memperkuat posisi Indonesia sebagai eksportir utama produk berbasis sumber daya alam di kawasan Asia.
Tiga Negara Tujuan Utama Ekspor: Tiongkok, AS, dan India
Dari sisi pasar, Tiongkok, Amerika Serikat, dan India masih menjadi tiga besar negara tujuan ekspor Indonesia dengan kontribusi mencapai 41,81% dari total ekspor nonmigas.
Ekspor ke Tiongkok mencatat nilai tertinggi, yakni USD 46,47 miliar, tumbuh 9,19% dibandingkan tahun sebelumnya. Komoditas yang mendominasi antara lain besi, baja, serta produk pertanian olahan.
“Tiga besar negara tujuan ekspor adalah Tiongkok, Amerika Serikat, dan India. Nilai ekspor ke tiga negara tersebut menyumbang sekitar 41,81% dari total ekspor nonmigas Indonesia,” kata Pudji.
Mentan Amran Sulaiman: Hilirisasi Pertanian Jadi Masa Depan Ekspor Nasional
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa masa depan ekspor Indonesia terletak pada hilirisasi pertanian. Menurutnya, Indonesia tidak boleh hanya mengekspor bahan mentah, tetapi harus meningkatkan nilai tambah melalui pengolahan agar memiliki daya saing global yang lebih tinggi.
“Kita tidak boleh hanya mengekspor bahan mentah. Ke depan, yang harus kita dorong adalah hilirisasi pertanian. Produk kita harus masuk ke rantai nilai global supaya petani mendapat keuntungan lebih besar dan negara memperoleh devisa yang lebih kuat,” tegas Mentan Amran Sulaiman.
Ia menambahkan, pemerintah kini tengah fokus mengembangkan enam komoditas unggulan nasional, yaitu kakao, kelapa, kopi, mente, pala, dan sawit, dengan total investasi mencapai Rp 371 triliun dan berpotensi membuka 8,6 juta lapangan kerja baru.
“Kalau hilirisasi jalan, nilai ekspor naik, industri tumbuh, dan lapangan kerja di pedesaan ikut terbuka. Ini bukan sekadar soal ekspor, tetapi tentang masa depan ekonomi rakyat,” imbuh Amran.
Ekspor Nonmigas Jadi Pilar Ketahanan Ekonomi Indonesia
Kinerja ekspor Indonesia sepanjang 2025 menegaskan bahwa pertanian dan industri pengolahan kini menjadi penopang utama ekonomi nasional. Dengan peningkatan ekspor 8,14% secara tahunan, serta nilai ekspor nonmigas yang menembus USD 199,77 miliar, Indonesia menunjukkan ketahanan ekonomi yang kuat di tengah ketidakpastian global.
Langkah pemerintah dalam memperkuat hilirisasi pertanian dan mendorong industri bernilai tambah tinggi diharapkan terus memperkuat posisi Indonesia sebagai negara eksportir utama di Asia Tenggara.

