-->

Bulog Optimalkan Lahan Sawah untuk Dukung Swasembada Pangan Nasional

 



Karawang Jadi Lokasi Percontohan Program PMO Mitra Tani

Petanimilenial - Perum Bulog terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. Tidak hanya berperan dalam penyerapan hasil pertanian, kini Bulog juga mulai mengoptimalkan aset lahan sawah miliknya yang sebelumnya belum tergarap maksimal. Langkah ini menjadi bagian penting dari strategi mendukung swasembada pangan nasional dan meningkatkan produktivitas pertanian di Indonesia.

Salah satu lokasi yang menjadi percontohan adalah Dusun Kepuh, Desa Jatibaru, Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Dari total 14,5 hektar (ha) lahan sawah milik Bulog yang belum dioptimalkan, sekitar 5,5 ha kini mulai digarap dengan sistem budidaya padi modern berbasis Good Agriculture Practices (GAP).

Bulog Hadir dalam Peningkatan Produksi Melalui Program PMO Mitra Tani

Wakil Direktur Utama Perum Bulog, Marga Taufik, menjelaskan bahwa saat ini Bulog tidak hanya berfokus pada hilirisasi atau distribusi pangan, tetapi juga mulai aktif berkontribusi dalam peningkatan produksi melalui program PMO Mitra Tani yang dijalankan dengan dukungan CSR.

“Bulog kini tidak hanya hilirisasi pangan, tapi hadir juga dalam peningkatan produksi pangan melalui CSR atau PMO Mitra Tani,” ujar Marga Taufik saat menghadiri panen padi di Jatisari, Selasa (4/11).

Dalam pelaksanaannya, Bulog menggandeng mitra dari kalangan akademisi dan praktisi pertanian untuk memastikan proses budidaya berjalan sesuai prinsip Good Agriculture Practices (GAP). Tujuannya adalah menghasilkan panen berkualitas tinggi serta memberikan contoh nyata kepada masyarakat sekitar tentang praktik pertanian yang efisien dan berkelanjutan.

Teknologi Modern Dongkrak Produktivitas Padi hingga 7 Ton per Hektar

Dalam kegiatan budidaya PMO Mitra Tani ini, Perum Bulog menerapkan teknologi pertanian modern untuk mendukung efisiensi dan keberlanjutan. Beberapa inovasi yang diterapkan antara lain:

  • Pemupukan menggunakan drone pertanian,

  • Penggunaan biostimulan dan biopestisida ramah lingkungan,

  • Pemanfaatan combine harvester machine (CHM) untuk proses panen.

Berkat penerapan teknologi tersebut, produktivitas lahan padi yang sebelumnya hanya sekitar 5,5 ton per hektar, kini meningkat signifikan menjadi 7 ton per hektar.

“Dalam kemitraan ini, kami ingin menciptakan model pertanian yang bisa menjadi contoh bagi masyarakat. Bulog hadir untuk membantu petani meningkatkan hasil panen sekaligus memperkuat kemandirian pangan nasional,” tambah Marga Taufik.

Pemanfaatan Lahan Bulog di Berbagai Wilayah

Direktur Pengadaan Perum Bulog, Prihasto Setyanto, menambahkan bahwa optimalisasi lahan ini dilakukan sepenuhnya di atas aset milik Bulog yang belum tergarap secara maksimal.

Selain di Jatisari, beberapa lokasi lain yang sudah mulai digarap untuk budidaya padi antara lain:

  • Cikalong (masing-masing 3 ha dan 1,5 ha),

  • Cibitung, Bekasi (6 ha),

  • Marunda, Jakarta Utara (6 ha).

“Semua memang tanah milik Bulog dan sudah ditanami padi. Insyaallah Januari nanti sudah bisa panen,” ungkap Prihasto.

Baca juga : Dana Bansos Petani 2025 Cair ke Kartu Tani, Saldo Otomatis Hingga Rp380 Ribu

Ia menegaskan bahwa seluruh kegiatan budidaya ini dibiayai oleh Bulog, dan hasil panennya juga akan dikelola secara mandiri untuk memperkuat cadangan pangan nasional.

Dua Skema Pembelian Gabah: Komersial dan PSO

Dalam hal pembelian gabah hasil panen, Bulog menerapkan dua skema utama, yaitu komersial dan PSO (Public Service Obligation).

  1. Skema Komersial
    Jika harga gabah di pasar lebih tinggi dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP), Bulog membeli dengan harga pasar. Saat ini, harga gabah mencapai Rp 7.000/kg, di atas HPP sebesar Rp 6.500/kg.

  2. Skema PSO (Subsidi Pemerintah)
    Jika harga gabah berada di bawah HPP, Bulog akan menyerapnya sesuai HPP melalui skema PSO. Gabah tersebut kemudian akan diolah di Sentra Produksi Padi Bulog (SPPB) menjadi beras premium Bulog yang siap didistribusikan ke masyarakat.

Langkah Strategis Menuju Kemandirian dan Ketahanan Pangan Nasional

Program optimalisasi lahan sawah milik Bulog menjadi bukti nyata bahwa transformasi pertanian Indonesia tidak hanya bisa dilakukan oleh petani, tetapi juga melalui kolaborasi antara BUMN, akademisi, dan masyarakat.

Dengan dukungan teknologi modern, penerapan GAP, serta kebijakan pengelolaan pangan yang berkelanjutan, Bulog terus memperkuat perannya sebagai penopang utama cadangan pangan nasional.

Langkah ini diharapkan dapat mempercepat tercapainya swasembada pangan, menekan ketergantungan impor, dan meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia.

LihatTutupKomentar